Wednesday, February 10, 2021

Mahasiwa Zaman Now

 

lucuketawangakak.blogspot.com

Mahasiswa Zaman Now

S

elama manusia masih menempati bumi ini, maka selama itu pula manusia akan selalu dan terus berubah. Perubahan tersebut baik secara alamiah maupun adanya kontak fisik manusia dengan manusia ataupun alam memang tidak bisa dielakan lagi. Sebagai hewan yang berakal homo sapien tentunya makhluk ini bisa membuat apa saja yang ia kehendaki dan menghapus apa-apa yang sekiranya yang tak ia kehendaki. Pun demikian dengan insan yang akan kita bahas ini.

Perubahan pada dasrnya menurut Prof. W.J.H Spott dapat dibagi kedalam dua bagian: Pertama adalah perubahan dari dalam (Endogenuos change) perubahan yang didasarkan oleh pribadi bukan atas dorongan orang lain, namun lebih jauh ia membagi kembali perubahan ini kedalam dua bagian, yakni perubahan secara episode (episodic change) dan perubahan secara terpola (pattern change). Perubahan episode merupakan perubahan yang berlangsung sewaktu-waktu dikarenakan peristiwa-peristiwa tertentu yang tidak diperkirakan sebelumnya bisa jadi sebagai sebuah kerusuhan atau penemuan dan lain sebagainya. Sedangkan perubahan perubahan terpola ini meman dirancang sedemikian rupa, secara sistematis, terencana dan terprogram sehingga hasil dari perubahan ini dapat diprediksi. Kedua perubahan dari luar (Exogenous change) perubahan ini terjadi karena bisa saja terbawa oleh penjajah, sebagai akibat dari invasi dan kolonialisme serta bisa saja berupa penyakit atau wabah yang menular. sebut saja wabah demam berdarah juga Antraks yang dua-duanya adalah wabah Import. Wabah aja kok import, ujar teman saya. Wow! sekali bukan.

Selain dari perubahan sosial perkembangan teknologi disadari atau tidak telah merubah banyak pAndangan manusia tentang dunia ini. Dengan teknologi orang-orang saling berkompetisi memperkaya pribadi, mensejahterakan kantong tiap sisi, juga kantong istri tentunya.  Dengan adanya teknologipun koleksi terhadap istri  tidak sedikit dari meraka yang bertambah. Yang satu di laptop yang satu lagi di android dan yang lainnya silahkan Anda tambahkan sendiri.

Seiring berjalannya waktu teknologipun kini sudah hadir diberbagai aspek termasuk aspek  pendidikan. Sebut saja mulai dari pencatatan absensi secara elektronik, pembelajaran virtual dengan projector juga pemberian dan pengiriman tugas belajar melalui e-mail yang sangat mudah, bahkan dewasa ini dipermudah lagi dengan hadirnya Whats Up yang bisa membaca tugas berbentuk audio, dokumen juga video dengan secara cuma-cuma. Para mahasiswa, dosen, guru juga murid dijenjang sekolah dasar sampai atas, tak  luput dari teknologi. Tak jarang pula dari mereka yang menitipkan absensi di sekolah-sekolah yang sudah mapan contohnya teknologi finger print sensor mulai diterapkan dengan hanya mekan tombol dan tatapkan muka Anda pada face unclok... Dan masalahpun selesai, masalah masuk dan hadirnya itu urusan lain.

Dari sekian banyak insan pendidikan, Mahasiswa menjadi insan pendidikan yang sering dibicarakan oleh banyak orang dimuka bumi ini. Pola pikir, pergerakan dan juga sikapnya terhadap lingkungan masyarakat sekitar selalu menjadi buah bibir berbagai media. Orang paling berpendidikan ini merupakan generasi penerus bangsa yang paling dinantikan oleh masyarakat diseluruh negeri. Mengapa demikian? Bagaimana tidak dilihat dari fungsi mahasiswa sendiri dimana mereka telah mengemban amanah sebagai insan pembawa perubahan, insan pengontrol kehidupan sosial masyarakat dsb.

Secara sederhana Mahasiswa bisa diartikan sebagai insan yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi yang terdiri dari sekolah tinggi, istitutusi, akademi dan yang paling umum adalah uiversitas. Jam terbang  mahasiswa di negeri ini sangatlah diperhitungkan misalnya; negeri ini tidak bisa dinafikan bisa berdiri kokoh sampai sekarang berkat usaha para mahasiswa, santri para agamawan juga para politikus masa lampau. Segelintir mahasiswa dengan tekad dan semangat yang begitu menggebu-gebu bisa dan mampu mendirikan negara tanpa campur tangan dari negara luar. Mereka dengan gigihnya menyusun geriliya dengan membentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan BPUPKI (Badan Usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia) yang tidak lain dan tidak bukan demi memerdekakan Ibu pertiwi dari genggaman para penjajah. Dan jangan lupa atas usulan dan desakan mahasiswa pula presiden Soeharto pada Mei 1998 dapat dilengserkan dari jabatannya sebagai presiden terlama dan terkenal dengan kediktatorannya.

Kembali kepada mahasiswa, lalu apakah tugas mahasiswa hanya sebagai penambang ilmu di perguruan tinggi saja? kalau demikian maka... kalau demikian maka... itulah pertanyaan yang biasanya muncul. Maka dari itu saya bermaksud menyinggung tentang hal ini.

Setidaknya alasan inilah yang membuat saya ingin menuliskan beberapa patah kata terhadap beberapa fenomena yang terjadi pada mahasiswa zaman now. Oh iya! Jangan lupa siapkan tempat duduk yang senyaman mungkin, kopi hitam yang pekat, agar dengan bantuan kedua hal tadi sekiranya bisa meringankan beban pikiran akan kepahitan dunia pendidikan saat ini yang menumpuk pada insan visioner dan kritis ini.

Monday, February 8, 2021

Tersalip di Tikungan Terakhir

Hari itu sabtu tepat pukul 9 lebih 20 malam, aku mendengar kabar adanya seseorang yang sedang mencari cangkang asmara baru setelah cangkang lamanya yang dulu dihancurkan oleh salah seorang santri timur tengah yang entah darimana bisa-bisanya mencomot “calon jodoh” si seseorang tersebut. Aku yang mengetahui kejadian itu langsung terhanyut kok bisa ya dengan modal relasi dan kekayaan seseorang, seenaknya mengambil sebuah target yang sudah ditentukan oleh seseorang.

Aku yang memang terbiasa hidup dilingkungan pesantren faham betul bagaimana dalam hal ini perjodohan kolega kiyai atau ustadz dengan salah satu santri atau santriwatinya seringkali menjadi hal yang lumrah adanya. Namun, disaat bersamaan pasti selalu ada sebingkai hati yang terluka dari pemilik sebelumnya. Pendek kata, kolega atau saudara ini tidak tahu menahu tentang hubungan seseorang yang akan ia ambil, bahwasanya dia telah diikat dengan ikatan yang sebelumnya ia buat. Meski dalam praktiknya ikatan ini tidak melulu soal khitbah ataupun yang biasa kita kenal dengan tunangan.

Dalam rumus dunia memang dibenarkan kita mengambil sesuatu yang belum jelas pemiliknya. Artinya dengan sangat mudah kita bisa mengambil bahkan memanfaatkan objek yang tak berpenghuni tersebut demi kepentingan pribadi maupun kelompok. Namun, dalam kaca mata asmara sejatinya hal ini sangat tidak etis dan tidak mempunyai estetika. Pasalnya seseorang yang telah mengikat janji antar rasa harus dengan terpaksa mau tidak mau untuk ikut kepada imbuhan sang penganjur dalam hal ini kiyai atau ustadz.

Seringkali usia yang sangat muda dan kemapanan yang tidak jelas membuat beberapa kelompok menilai bahwa seseorang tersebut belum cukup untuk mengenyam asmara. Padahal dalam realitasnya, cinta itu bukan soal kemapanan dan juga usia tapi ia soal hati. Bila hati telah menancap pada suatu objek maka secara tidak sadar ia akan selalu ada dalam setiap realitas kehidupannya.

Keyakinan akan hati itu seperti kita mempercayakan kepada salah seorang supir ketika kita hendak pergi ke suatu tempat. Tanpa kita ketahui siapa supir, nahkoda atau pilotnya, kita dengan pecaya diri telah menyimpan hati kita kepada pengendara itu. Bahwasanya kita akan selamat sampai tujuan, padahal sejatinya kita tidak pernah mengenal terlebih dahulu siapa dia, sekolah supir dimana dan seterusnya. Namun, karena keyakinan kita akan kemampuan ia mengemudikan sebuah kendaraan secara otomatis otak dan hati akan mengkoding bahwa ia akan memberikan layanan keselamatan yang baik sampai tujuan. Begitupun dengan kita berkomitmen soal hati. Tak ada yang bisa memungkiri hal tersebut.

Pagi itu memang angin berkisah pada fajar cerah bahwasanya akan tiba saatnya dimana sebuah hati akan rontok oleh materi dan relasi. Entah apapun dan seberapapun hati begriming untuk menemukan asmara materi dan relasi tetap menjadi juru kunci bagi sebuah spit law. Hukum terkadang memang seperti itu, kenyataan sebuah kebenaran selalu menjadi bualan ketika berada pada posisi dimana si tukang tani akan kalah dengan konstruktor jagat ini.

Tuesday, September 10, 2019






Tatapan Terakhir
**************************************************
Pujaan hatiku beberapa tahun lalu telah pergi dengan mengisyaratkan mulutnya

Kemudian ku telusuri maksud isyarat itu, setelah sekian lama aku baru sadar

Ia yang kucinta berpesan “Agar tak mengumbar cinta ke sembarang orang”

Isyarat mata yang pernah kau lirikan begitu tajam kubalas dengan curian pandangan terkahir


Kau melangkah begitu saja, bebanpun rasanya tak ada
Terimakasih atas segala do’a-do’a yang pernah terucap dan yang belum sempat terucap


Bodohnya aku adalah pernah kenal denganmu. Memisahkan penglihatan mata bisa saja satu atau dua menit


Untuk urusan hati kaupun tahu itu tak semudah melepaskan burung yang dengan begitu saja ia hilang tak tahu kemana


Kehidupanku kini tak lebih dari gila asmara


Bila kegilaan itu telah lewat


Maka kegilaan lainnya akan segera menyusul, entah dengan anggur atau sekedar dengan cinta yang sesaat

Tuesday, November 13, 2018

KEISTIMEWAAN BAHASAN ARAB



{MAKALAH}

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Nilai Plagirism Checker sebagai syarat kelulusan Pelatihan ICT 2018

Oleh
Parid Maulana
1161030137




BANDUNG
2018 M/1439 H






KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Swt, Zat yang menjadi sumber segala kebaikan dan kesenpurnaan. Atas kasih sayang, petunjuk dan pertolonganNya, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keistimewaan Bahasa Arab”. Semoga Solawat beserta salam selalu terlimpah curahkan kepada panutan umat mausia baginda Rasulullah, Muhammad Saw, keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sebab pada beberapa bagian dalam kajian makalah ini masih banyak menyisakan persoalan yang penting diselesaikan dan tidak menutup kemungkinan mengandung kekurangan dan kekeliruan dikarenakan keterbatasan tulisan kami. Oleh sebab itu, saran atau masukan dari berbagai pihak dalam rangka untuk melengkapi dan memperbaiki berbagai kekeliruan dan kekurangan dalam tulisan ini merupakan sesuatu yang sangat dinantikan.


Bandung, 14 November 2018




                                                                                                Penulis


DAFTAR ISI















PENDAHULUAN

1.1             Latar Belakang

Bahasa adalah alat penyampaian informasi yang paling efektif. Bahasa sebagai salah satu media komunikasi untuk manusia, yakni berfungsi menghubungkan suatu individu dengan individu lainnya, meskipun terkadang terdapat perbedaan bahasa namun manusia mempunyai bahasa pemersatu untuk melakukan komunikasi.
Salah satu bahasa yang digunakan oleh banyak orang, terlebih di kalangan para pelajar adalah Bahasa Arab. Bahasa arab merupakan salah satu bahasa tertua di dunia. Dalam agama Islam, selain menjadi bahasa Alquran yang hari ini dibaca oleh semua umat muslim di seluruh dunia, Bahasa arab juga menjadi bahasa para penduduk surga.
Sebagai sebuah bahasa, tentu bahasa arab memiliki keistimewaan tersendiri sehingga terpilih menjadi bahasa Alquran, dan bahasa penduduk surga. Oleh karena itu, penulis tertarik pada kesempatan ini menulis sebuah makalah yang berjudul keistimewaan bahasa arab.

1.2             Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas maka akan membatasi pembahasan di dalam makalah ini, yaitu:
1.         Asal-Usul Bahasa Arab
2.         Kaitan Bahasa Arab dengan Al-Qur’an
3.         Kestimewaan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Al-Qur’an


PEMBAHASAN

2.1              Asal-Usul Bahasa Arab

Bahasa adalah ألفاظٌ يُعبرُ بها كل قومٍ عن مقاصدهم lafal yang diungkapkan oleh setiap kaum masyarakat untuk mengungkapkan maksud mereka.
Kesusastraan Arab (al-Adab al-Araby)  merupakan kesusastraan terkaya. Bahasa Mudlor, setelah masa Islam, bukan hanya menjadi bahasa suatu bangsa saja, tetapi menjadi bahasa bagi semua bangsa yang masuk ke dalam agama Allah (Islam), atau berada di bawah lindungan-Nya. Mereka menciptakan makna-makna dan konsep-konsep, serta memperluas makna-makna dengan bantuan rahasia-rahasia bahasa mereka.
Kemudian mereka menjelajah ke pelosok bumi dengan membawa agama, sastra, budaya, dan ilmu. Lalu mereka berakulturasi dengan setiap bahasa yang di datanginya, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan orang-orang masa lampau dan peradaban orang-orang-orang terdahulu, dari bangsa-bangsa Yunani, Persia, Yahudi, Hindu, dan Habsyi. Bahasa bangsa-bangsa dengan beraneka ragam perbedaannya, bagaikan parit-parit dan sungai-sungai yang mengalir, lalu bercabang-cabang, kemudian berhimpun dan bermuara pada satu samudera, yaitu bahasa Arab.
Bahasa Arab merupakan bahasa tertua di dunia. Teori yang menjelaskan awal munculnya bahasa Arab yaitu:
1.    Manusia pertama yang melafalkan bahasa Arab adalah Nabi Adam a.s, karena sebelum turun ke bumi adalah penduduk surga, sedangkan bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab.
2.    Schlozer, seorang tokoh orientalis berkata bahwa bahasa Arab termasuk rumpun Semit, yang di ambil dari tabel pembagian bangsa-bangsa di dunia dalam kitab Perjanjian Lama. Nama semit di ambil dari tiga orang putera nabi Nuh yaitu Syam, Ham dan Yafis.
Bahasa Arab terbagi menjadi dua yaitu bahasa Arab Selatan (Himyaria) yang digunakan di Yaman dan Jazirah Arab Tenggara. Bahasa Himyaria ini terbagi dua menjadi bahasa Sabuia dan Ma’inia, yang ditemukan abad 12 SM-6M. Bahasa Arab Utara adalah bahasa wilayah tengah Jazirah Arab dan Timur Laut (Bahasa Arab Fusha) yang hingga kini dan masa yang akan datang tetap dipakai karena Al-Quran turun menggunakan bahasa ini.
Pada masa pra-Islam atau yang lebih dikenal dengan jaman jahiliyah– bahasa Arab mulai mencapai masa puncaknya (prime condition). Hal ini diawali dengan keberhasilan orang-orang Arab Badui di bawah pimpinan suku Quraisy menaklukan penduduk padang pasir, sehingga mulai saat itu bahasa Arab dijadikan bahasa utama dan mempunyai kedudukan yang mulia di tengah kehidupan masyarakat sahara.
Islam datang dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW saat itulah al-Qur’an diturunkan, tentu saja menggunakan bahasa Arab yang paling sempurna/baku dengan keindahan retorika dan kedalaman makna yang tak tertandingi. Allah -Subhânahu wa Ta’âla- tidak menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an melainkan karena ia adalah bahasa terbaik yang pernah ada. Allah -Subhânahu wa Ta’âla- berfirman, “Sesungguhnya Kami telah jadikan al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.” (Q.S. Yusuf: 2).

2.2              Kaitan Bahasa Arab Dengan Al-Qur’an

Hakikat yang tidak dapat dipertikaikan lagi bahawa bahasa Arab adalah bahasa yang dipilih oleh Allah S.W.T. sebagai bahasa al-Quran. Disebabkan sumber utama Islam tertulis dalam bahasa Arab, maka wajarlah bahasa ini dijamin terpelihara keutuhannya hingga ke akhir zaman. Islam berkembang oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia lain selain Arab, maka bahasa Arab dipelajari oleh mereka yang disebabkan karena perniagaan antar mereka. Tidak heran jika banyak bermunculan ahli-ahli linguistik Arab yang bukan berasal dari bangsa Arab.  Allah S.W.T. berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya Kami jadikan Kitab itu sebagai Quran yangditurunkan dengan bahasa Arab, supaya kamu (menggunakan akal) memahaminya.”

Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa hukum mempelajari bahasa Arab adalah wajib. Karena sumber hukum islam yang paling utama-al-Qur’an yang  diturunkan dalam bahasa Arab dan tidak bisa difahami kecuali hanya dengan bahasa itu.
Keterkaiatan nya bahwa al-Qur’an merupakan faktor dasar yang berkembangnya ilmu-ilmu gramatikal dalam bahasa Arab seperti sharaf, Nahwu, dan Balaghah. Hal ini karena al-Qur’an tidak mungkin bisa difahami kecuali dengan bahasa Arab.
Walaupun tidak dapat dinafikan bahawa bahasa Arab merupakan bahasa yang unggul sebelum kedatangan Islam lagi, tetapi al-Quran telah memberikan nafas barudan sumbangan yang besar terhadap perkembangannya. Al-Quran telah dapat memanjangkan lagi hayat bahasa ini, menyatukan kepelbagaian dialeknya dan menjadikannya sebagai bahasa intelektual dan ketamadunan. Apa yang lebih penting, al-Quran telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang kaya dengan kosa kata,bahasa yang utuh dengan tata bahasa dan gaya bahasanya hingga dapat mengatasi bahasa-bahasa lain.
Al-Qur’an banyak memberi lafaz-lafaz lama ke dalam bahasa Arab dengan makna yang baru. Al-Qur’an juga banyak memberikan pola-pola baru dalam bahasa Arab yang sebelumnya tidak pernah ada. Karena al-Qur;an pula-lah bahasa Arab semakin elegan

2.3              Keistimewaan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Al-Quran

Mengenai pembahasan ini, memang masih banyak diantara orang awam, bahkan orang akademisi yang belum mengetahui, mengenai mengapa Bahasa Al-quran berbahasa Arab oleh karena itu, pembahsan kali ini akan menjelaskan alasan-alasan atau argumen mengapa demikian seperti yang menjadi pertanyaan.
Kenapa al-quran harus berbahasa Arab ?
Ada apa dengan bahasa arab, mengapa harus bahasa yang notabenenya sebagai bahasa rumit yang di pilih  Allah  untuk dijadikan bahasa “kitab” (al-quran) terlaris di dunia ini. konon katanya Al-quranlah yang paling banyak dibaca manusia setiap harinya, baik itu yang mengerti maknanya maupun yang hanya sekdar mencari pahala dari membacanya.
Bukan hanya itu saja, konon katanya pula “kitab” ini bisa menghasilkan pahala yang berlipat ganda apabila kita membacanya, walaupun membaca tanpa tahu apa maknanya.
Konon katanya lagi, dalam kitab ini mencakup semua macam ilmu pengetahuan, mulai dari filsafat, biologi, ilmu-ilmu religi sampai kepada ilmu hitung menghitung. Terlalu spesial dan teramat indahkah bahasa itu, atau memang tuhan “asal” saja menetapkan bhasa ini menjadi bahasa yang  paling tidak menjadi bahasa  yang wajib dipelajari oleh orang-orang yang menganut islam ini.
Usman bin jinni (932-1002) seorang pakar bahasa arab, mengemukakan bahwa bukanlah suatu ke-asalan tuhan menetapkan bahasa arab menjadi bahasa al-quran. Dibalik itu, ternyata menyimpan banyak falsafah mengagumkan.
Berikut akan dipaparkan keistimewaan bahsa arab sehingga menjadi bahasa al-Qu’ran:
Pertama, bahasa arab adalah satu-satunya bahasa yang memiliki keunikan tersendiri, ini bisa dilihat dari umumnya asal kata dalam bahasa ini terdiri dari tiga haruf, yang kemudian perubahannya akan merubah pula maknanya walaupun perubahan kata itu tidak sesuai dengan awalnya, tetap saja dari makna, ia memiliki kesinambungan arti. Contoh kata “qa-la” yang terambil dari huruf  kesemuanya mempunyai makna.
Namun, kesemua makna  yang berbeda itu, walaupun ada yang didahulukan atau diakhirkan, kesemuanya menganduang makna dasar yang berkaitan. Kata “qala” yang berarti berbicara mengisyaratkan gerakan yang mudah dari mulut dan lidah, karena itu pula huruf pertama yang digunakan haruslah yang bergerak, karena bukankah dia berupaya untuk berkata (berbicara) dalam arti mengerakan mulut dan lidah. Dan contoh lainnya
Kedua, bahas arab memiliki tata bahasa yang sagat rasional dan seksama, tetapi ia cukup rumit, apalagi jika dibandingkan dengan bahsa indonesia. Pakar-pakar bahsa arab tidak sekedar menerima mengaap kata yang menunjuk kepada pelaku  marfu’ dalam arti dibunyikan u/un, sementara objek pelakunya selalu mansub dalam arti dibunyikan a. Ibnn jinni, salah asatu pakarnya mengatakan bahwa alasan tersebut  rena bunyi u lebih  berat ketimbang bunyi a. Ini semua bisa diambil kesimpulan karena dalam satu kalimat satu pelaku dapat melakukan sekian banyak hal yang menjadi objeknya , maka bahasa ini memilih yang banyak untuk mudah diucapkan  ketimbang yang berat. Pemilihan dan pemilihan bunyi tersebut mutlak agar tidak timbul kerancuan dalam memahami suatu kalimat.
Ketiga, bahasa Arab memiliki kekayaan yang tidak hanya pada jenis mufrad, mutsanna dan jamak saja, tetapi juga pada kekayaan kosa kata dan sinonimnya. Contohnya dalam Dirasat fi al-Hubb, Yusuf Asy-Syaruni mengutip pendapat Ibnu Al-Jawzi dalam bukunya Dzamm al-Hawa yang menjelaskan peringkat dan macam-macam cinta serta kosakata yang menjelaskannya.
Pandangan mata atau berita yang didengar apabila melahirkan rasa senang diungkapkan dengan (‘aliqa). Jika melebihi sehingga muncul keinginan untuk mendekat, ia dinamai (mail). Lalu jika keinginan itu mencapai tingkatan untuk menguasainya, maka dinamakan (mawaddah).
Tingkat selanjutnya ialah (mahabbaah), (khullah), (al-shababah), kemudian (al-hawa). Peringkat berikutnya adalah (al-‘isyq) artinya apabila seseorang rela berkorban demi kekasihnya. Lalu jika hati seseroang telah dipenuhi oleh cinta, sehingga tidak ada celah bagi yang lain, maka itu dinamakan (al-tatayum). Dan jika si subjek sudah tidak bisa berpikir dan membedakan sesuatu akibat cinta ia dilukiskan dengan  (walih).
Kemudian, karena bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya akan kosa kata. sehingga Kosa kata dalam bahasa Arab merangkumi semua bidang dan lapangan. Ia dapat diperhatikan berdasarkan kepada perkataan-perkataan yang disenaraikan dalam kamus-kamus Arab. Dalam bahasa Arab, pembentukan satu perkataan sahaja boleh menunjukkan kepada beberapa makna. Misalnya, perkataan ‘ain yang memberi makna kepada mata penglihatan, mata air, sebuah negeri, sebuah tempat, ketua kaum, ketua tentera, bermakna diri, bayaran sekali gus secara tunai, sejenis mata wang, pengintip dan huruf ‘ain.
Keempat, yang menjadi ciri khas bahasa Arab ialah memiliki i’rab. Di mana i’rab ini yang membahas akhir kata dari suatu akar dalam kalimat yang disebabkan oleh faktor ‘amil yang berbeda sehingga perbedaan ini akan mempengaruhi makna.
Perubahan-perubahan i’rab yang terjadi ini akan memberikan kesan kepada perubahan maksud perkataan dalam sesuatu susunan ayat. Analisis bahasa dan perubahan struktur frasa ini tidak terdapat dalam bahasa lain di dunia.
Kelima, bahasa Arab memiliki keunikan lainnya yaitu, dengan banyaknya kata-kata yang ambigu, bahkan satu kata atau satu huruf mempunyai dua atau tiga makna bahkan yang berlawanan.
Sebagai contoh huruf wawu, ada yang berfungsi dan ada yang tidak berfungsi. Yang berfungsi ada yang mengakibatkan kata sesudahnya majrur (berbunyi i), apabila huruf itu digunakan sebagai alat bersumpah (wallahi), dan ada juga yang mansub (bunyinya a) yang terakhir antara lain apabila diartikan bersama dan ini yang dinamai oleh pakar bahasa sebagai (wawu al-ma’iyyah).
Adapun wawu yang tidak berfungsi, maknanya pun beragam. Sebagaimana Az-Zarkasyi dalam kitabnya, al-Burhan, dinamai (isti’naf) yaitu apabila kalimat sesudah huruf tersebut tidak memiliki hubungan dengan kalimat sebelumnya baik dari segi tempat maupun i’rab.[1]
Keenam, bahasa Arab mempunyai sistem morfologi yang unik.
Bentuk-bentuk perkataan Arab ada kesamaan dalam kata nama atau kata kerja akan berubah berdasarkan kepada satu sistem yang lengkap mengikuti keadaan struktur frasa. Perubahan bentuk ini akan membawa kepada perubahan dari segi makna perkataan tersebut.
Contohnya kata فتح dapat dibentuk menjadi beberapa variasi atau bentuk seperti fatihun, maftuhun, miftahun, dan lain sebagainya.
Sistem ini telah banyak digunakan pada kamus Arab dalam pencarian makna kata, yang mana setiap perkataan perlu dirujuk pada asal kata tersebut, sebelum mencari makna kata yang dimaksud. Dengan itu, kebanyakan dari kata nama atau kata kerja akan disusuli dengan imbuhan-imbuhan tertentu, seperti  imbuhan  dengan satu huruf, dua huruf atau tiga huruf (mazid biharf, biharfaini atau bi thalathati ahruf) yang akan memberikan perubahan pada makna perkataan.
Allah menurunkan Al-Quran dengan menggunakan Bahasa Arab. Jika kita cermati kosakata yang ada dalam kitab suci tersebut, kita tidak akan menemukan kata atau istilah selain yang biasa digunakan oleh masyarakat Arab. Kalaupun ada istilah yang terlihat berbeda dari kosakata Arab pada umunya maka istilah tersebut sebenarnya merupakan istilah serapan yang sudah diterima dan digunakan secara luas oleh masyarakat Arab. Tidak ada satu kata pun dalam Al-Quran yang tidak berasal dari bahasa Arab. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1.    Rasul yang diutus untuk menyampaikan wahyu Allah itu berbangsa Arab dan masyarakat yang pertama kali menerima dakwah beliau adalah bangsa Arab.
2.    Bahasa arab adalah bahasa yang mempunyai sisitem dan susunan gramatika yang lebih sempurna dibadingkan dengan bahasa lain. Firman Allah Swt, yaitu:
 قُرْآنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“(Ialah) Al-Qur’an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (Q.S Az-Zumar : 28)

Ibnu katsir melukiskan dengan indah mengapa Al-ran diturunkan dengan bahasa Arab. Karena bahasa arab merupakan bahasa yang paling fasih,paling jelas, dan paling luas cakupannya. Allah swt menurunkan kitab yang paling mulia (asyroful kitab) itu, yaitu Al-Quran, dengan menggunakan bahasa yang paling mulia, yaitu bahasa Arab, kepada rasul yang paling mulia (asyroful lughat), yaitu bahsa arab, kepada rasul yang paling mulia (asyroful Rasul), yaitu nabi Muhammad Saw, melalui perantaraan malaikat yag paling mulia (Asyroful malaikah) dan untuk penghuni bumi yang paling mulia (asyrafu baqa’il ardhi) yaitu umat Islam.[2]
3.    Bahasa arab mempunyai kekuatan sastra yang sangat tinggi. Dimensi sastra adalah jalan yang sangat ampuh untuk menyampaikan pesan-pesan ilahi karena adanya kecenderungan manusia unntuk menyukainya. Jika kita perhatikan secara lebih seksama, Bahasa Al-Qur’an jau berbeda dengan, misalnya, bahasa yang digunakan dalam peraturan perundang-undagan. Bahasa Al-Qur’an begitu luwes dan berirama, sementara Bahasa perundang-undangan amat kering dan kaku. Kamdungan sastra dalam Al-Qur’an juga relevan dengan tradisi dan budaya masyarakat Arab waktu itu yang sangat membanggakn syair dan segala hal yang berbau sastra.
Pertanyaan yang kemudian muncul dibenak kita adalah jika Al-Qur’an menggunakan Bahasa Arab, apakah hal itu berarti Allah SWT berbicara dalam Bahasa Arab?. Allah adalah zat yang berbeda dengan makhluk yang diciptakannya (mukhalafah lil hawadits). Artinya, Allah tidak pernah memerlukan sesuatu ha sebagaimana makhluk emlakukan hal itu. Jika kita menemukan ungkapan bahwa Allah melihat, berbicara, mendengar dan lain-lain hanyalah ungkapan untuk mempermudah makhluk memahaminya.[3]
Berkenaan dengan Al-Qur’an disampaikan dengan Bahasa Arab hal itu tidak bias di artikan bahwa Allah berbicara kepada Nabi Muhammad dengan menggunakan Bahasa Arab. Disini penting bagi kita untuk memahami proses turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.
Proses turunnya Al-Qur’an kepada Rasulullah melewati dua tahap. Tahap pertama, Al-Qur’an diturunkan  dari lauhil mahfudz, yakni suatu tempat berada di luar batas-batas dunia, ke Baitul ‘izzah, yaitu sebuah tempat dilangit dunia. Tahap kedua,  Al-Qur’an diturunkan dari langit dunia ke bumi. Turunnya Al-Qur’an dari lauhil mahfudz ke Baitul ‘izzah terjadi secara sekaligus atau dalam satu waktu, sedangkan turunnya dari Baitul ‘izzah ke dunia bertahap selama 23 tahun.
Turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad tidak terlepas dari perantaraan malaikat Jibril. Ada beberapa pendapat yang menyatakan  cara Al-Qur’an turun kepada Jibril sebelum disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, pendapat-pendapat tersebut antara lain:[4]
1.         Jibril mengantar langsung dari Allah dengan Bahasa tertentu.
2.         Jibril menghafalnya dari lauhil mahfudz.
3.         Jibril menerima makna Al-Qur’an dari A llah dan disampaikan kepada Nabi Muhammad dengan lafaznya sendiri atau degan lafaz Nabi Muhammad saw.
Dalam kitab Mabahits fii Ulumil Qur’an  dijelaskan bahwa pendapat yang pertama adalah pendapat yang paling benar. Bahasa yang sebenarnya digunakan Allah ketika berbiacra kepada Malaikat Jibril tidak ada yang mengetahui. Namun, yang pasti karena Bahasa Arab adalah Bahasa yang dibuat oleh manusia maka tentu Allah tidak akan menggunakan bahasa tersebut ketika berkomunikasi dengan jibril.


KESIMPULAN

Bahasa Arab merupakan bahasa tertua di dunia. Teori yang menjelaskan awal munculnya bahasa Arab yaitu:
Manusia pertama yang melafalkan bahasa Arab adalah Nabi Adam a.s, karena sebelum turun ke bumi adalah penduduk surga, sedangkan bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab.
Schlozer, seorang tokoh orientalis berkata bahwa bahasa Arab termasuk rumpun Semit, yang di ambil dari tabel pembagian bangsa-bangsa di dunia dalam kitab Perjanjian Lama. Nama semit di ambil dari tiga orang putera nabi Nuh yaitu Syam, Ham dan Yafis.
Bahasa Arab terbagi menjadi dua yaitu bahasa Arab Selatan (Himyaria) yang digunakan di Yaman dan Jazirah Arab Tenggara. Bahasa Himyaria ini terbagi dua menjadi bahasa Sabuia dan Ma’inia, yang ditemukan abad 12 SM-6M. Bahasa Arab Utara adalah bahasa wilayah tengah Jazirah Arab dan Timur Laut (Bahasa Arab Fusha) yang hingga kini dan masa yang akan datang tetap dipakai karena Al-Quran turun menggunakan bahasa ini.


DAFTAR PUSTAKA


al-Hasany, A. Z. (2007). Al-Qur’an puncak Selera Sastra. Surakarta: Ziyad Books.
Ayyasy, M. A. (2011). Hati-Hai Al-Qur’an Anda Palsu. Jakarta: Kultum Media.
Ayyasy, M. A. (2011). Hati-hati Al-Qur’an Anda Palsu. Jakarta: Qultum Media.




[1] Azzah Zain al-Hasany, “Al-Qur’an puncak Selera Sastra”, (Ziyad Books, Surakarta: 2007), hal., 95-96.
[2] Muhammad Abu Ayyasy “Hati-Hai Al-Qur’an Anda Palsu”, (Kultum Media, Jakarta: 2011), hal., 5-7
[3] Muhammad Abu Ayyasy, 2011,  Hati-hati Al-Qur’an Anda Palsu, (Jakarta: QultumMedia). Hh. 8-10
[4] Ibid., h. 10.

Mahasiwa Zaman Now

  lucuketawangakak.blogspot.com Mahasiswa Zaman Now S elama manusia masih menempati bumi ini, maka selama itu pula man...